Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perang Dagang Amerika Serikat-Cina, Indonesia Memihak Siapa?

Reporter

Editor

Rahma Tri

image-gnews
Ilustrasi perang dagang Amerika Serikat dan Cina. Businessturkeytoday.com/
Ilustrasi perang dagang Amerika Serikat dan Cina. Businessturkeytoday.com/
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Profesor Studi Kontemporer Indonesia dari Universitas Leiden, Belanda, David Henley, mengatakan perang dagang Amerika Serikat-Cina saat ini bukan hanya menyangkut kepentingan ekonomi kedua negara. Lebih luas, kata dia, beberapa ahli menyebut fenomena perang dagang ini sebagai bentuk dari the new cold war atau perang dingin baru. 

“Perang dingin antara negara Barat dan Timur, kembali lagi,” kata dia dalam diskusi di ITS Tower, Jakarta Selatan, Ahad, 25 Agustus 2019.

Sebelumnya, Henley mengingatkan, dunia terakhir kali mengalami perang dingin pada 1947 hingga 1991. Saat itu perang dingin terjadi antara antara Amerika Serikat yang mengusung ideologi Kapitalisme dan Uni Soviet dengan ideologi Marxisme-Leninisme.

Perang dingin yang terjadi sekarang juga menyangkut aspek prinsip dan ideologi antara Amerika dan Cina. Prinsip yang berseberangan yaitu sistem ekonomi pasar yang bebas melawan sistem ekonomi yang dikontrol oleh negara. Lalu dalam hal lain, pertarungan antara prinsip demokrasi dan hak asasi manusia melawan non-demokrasi dan non-hak asasi manusia.

Dalam situasi seperti ini, David menyebut, sebagian negara akhirnya lebih memilih berpihak ke Cina. Salah satunya yaitu Kamboja yang memiliki utang cukup besar ke Cina. Sehingga dalam kasus okupansi Laut Cina Selatan, Kamboja menjadi pendukung Cina, berseberangan dengan negara ASEAN lainnya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun dikutip dari Reuters, Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, menepis anggapan yang menyebut negaranya akan jatuh dalam “perangkap utang” Cina. Menurut dia, utang Kamboja ke Cina berbunga rendah dengan tenor jangka panjang. Bahkan secara keseluruhan rasio utang Kamboja pada PDB masih sekitar 21,5 persen. "Beberapa negara berutang hingga 200 persen, 300 persen atau 500 persen dari PDB mereka," kata Hun Sen, 30 Mei 2019.

Selain Kamboja, kata David, contoh lain lebih dulu terjadi tiga negara Uni Eropa yaitu Hungaria, Yunani, dan Kroasia, yang memiliki utang cukup besar pada Cina. Juli 2016, Uni Eropa mengeluarkan sikap menentang tindakan okupansi Cina di Laut Cina Selatan, yang berada tak jauh dari teritori Indonesia. Namun tiga negara ini melakukan veto atas sikap tersebut karena bergantung pada Cina. “Beberapa negara tidak mau mengkritik Beijing meskipun melakukan militerisasi di pulau-pulau di Laut Cina Selatan,” tulis Reuters, saat itu.

Namun berbeda dengan negara lain, David melihat Indonesia masih menunjukkan sikap netral secara politik dalam perang dagang kali ini. Meski memiliki sedikit kecenderungan ekonomi pada Cina, Indonesia masih melakukan penolakan atas okupansi Cina di Laut Cina Selatan. Saat ini, Cina diketahui merupakan mitra dagang terbesar bagi Indonesia. Namun hingga Januari-Mei 2019, perdagangan Indonesia dengan Cina masih tekor alias defisit hingga US$ 8,48 miliar.

FAJAR PEBRIANTO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

5 jam lalu

Buruh pelabuhan membongkar beras impor asal Thailand dari kapal kargo di Pelabuhan Boom Baru, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat 1 Maret 2024. Perum Bulog Kantor Wilayah Sumatera Selatan-Bangka Belitung mendapatkan pasokan beras impor sebanyak 42.000 ton beras dari Thailand, Vietnam, Myanmar yang akan didistribusikan ke dua provinsi yaitu Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung sebagai cadangan beras pemerintah untuk menjamin ketersediaan dan stabilitas harga.  ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.


Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

15 jam lalu

Ilustrasi petugas Bea Cukai. Instagram/Beacukairi
Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Pegawai Direktorat Jenderal Bea Cukai disorot usai banyak kritikan terkait kinerjanya. Berapa gajinya?


Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

16 jam lalu

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meninjau pasar pakaian Blok A Tanah Abang, Jakarta, Kamis 14 Maret 2024. Zulkifli Hasan mengunjungi Blok A Pasar Tanah Abang untuk melihat secara langsung para pedagang  penjual barang lokal menjelang hari raya Lebaran Idul Fitri nanti. TEMPO/Tony Hartawan
Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

Mendag Zulhas bercerita panjang lebar soal alasan merevisi Permendag Nomor 36 Tahun 2024 soal pengaturan impor.


Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

2 hari lalu

Ilustrasi petugas bea cukai di bandara. Foto : Bea Cukai
Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

Viral seorang pria yang merobek tas Hermes mewah miliknya di depan petugas Bea Cukai. Bagaimana duduk persoalan sebenarnya?


Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

2 hari lalu

Petugas memeriksa barang bawaan penumpang di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. TEMPO/Subekti.
Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

Permendag nomor 3 tahun 2023 diklaim belum sempurna.


Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

2 hari lalu

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Trisakti saat pembacaan 'Maklumat Trisakti Lawan Tirani' di Tugu Reformasi 12 Mei, Jakarta, Jumat, 9 Febuari 2024. Para civitas academica yang terdiri dari guru besar, pengajar, mahasiswa, karyawan dan alumni Universitas Trisakti yang memegang teguh nilai-nilai etik kebangsaan, demokrasi, dan hak asasi manusia, kekhawatiran atas matinya Reformasi dan lahirnya tirani sepakat mengeluarkan maklumat. TEMPO/Joseph.
Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.


Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Seorang pengrajin membuat tenun dalam rangkaian acara Festival Rimpu Mantika di Bima, Nusa Tenggara Barat, Sabtu, 27 April 2024 (TEMPO/Akhyar M. Nur)
Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.


Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

3 hari lalu

Ilustrasi Bea dan Cukai . TEMPO/Dhemas Reviyanto
Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.


Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

3 hari lalu

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 13 Maret 2024. Rapat tersebut membahas mengenai persediaan pangan, stok dan harga pangan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

Mendag Zulkifli Hasan kembalikan aturan impor bahan baku industri. Apa alasannya? Begini bunyi Permendag 25/2022.


GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

3 hari lalu

Ketua Umum Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Eddy Martono. Tempo/Amelia Rahima Sari.
GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.